Video Banjir Bandang Viral di Media Sosial
Media sosial kembali dihebohkan dengan beredarnya sebuah video yang menampilkan banjir bandang disertai hanyutan kayu gelondongan dalam jumlah besar. Video tersebut ramai dibagikan di berbagai platform dan dinarasikan terjadi di Sungai Pas, Distrik Keerom, Provinsi Papua.
Dalam rekaman yang beredar, terlihat aliran air berwarna cokelat keabuan mengalir deras sambil membawa tumpukan kayu gelondongan. Visual tersebut menimbulkan kesan mengerikan dan memicu kekhawatiran publik terkait kondisi lingkungan dan potensi bencana alam di wilayah Papua.
Video itu pertama kali diunggah oleh akun X bernama @WeatherMonitors, yang kemudian diikuti oleh berbagai akun besar lainnya. Dalam keterangan unggahannya, akun tersebut menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi pada Rabu, 17 Desember 2025.
“Large piles of logs flow yesterday in the Pas River, Keerom District, Papua Province, Indonesia,” tulis akun tersebut. Narasi ini dengan cepat dipercaya sebagian warganet dan menyebar luas.
Narasi Papua Mulai Dipertanyakan Netizen
Meski video tersebut viral dan menimbulkan reaksi emosional, sejumlah netizen mulai mempertanyakan keaslian informasi lokasi kejadian. Keraguan muncul dari beberapa detail dalam video, salah satunya suara perekam yang terdengar tidak khas logat Papua.
Beberapa warganet menilai intonasi dan pilihan kata perekam lebih mirip dengan logat daerah di Pulau Sumatra. Hal ini memicu diskusi panjang di kolom komentar dan mendorong netizen untuk melakukan penelusuran lebih lanjut.
Keraguan tersebut kemudian berkembang menjadi upaya verifikasi mandiri oleh pengguna media sosial, termasuk dengan memanfaatkan kecerdasan buatan sebagai alat bantu pencarian informasi.
Jawaban AI Picu Dugaan Salah Atribusi Lokasi
Sejumlah netizen lantas menanyakan keaslian video tersebut kepada Grok, chatbot berbasis kecerdasan buatan milik platform X. Jawaban Grok justru menambah perdebatan.
Menurut Grok, video banjir bandang yang menampilkan hanyutan kayu gelondongan tersebut lebih mirip dengan peristiwa banjir di wilayah Sumatra yang terjadi pada awal Desember 2025.
“Ya, video ini sepertinya dari banjir di Sumatra (seperti Aceh dan Sumatera Utara) awal Desember 2025, di mana kayu-kayu hanyut akibat siklon dan deforestasi,” tulis Grok dalam jawabannya.
Grok juga menegaskan bahwa hingga saat ini tidak ditemukan laporan resmi terkait banjir bandang besar di Sungai Pas, Distrik Keerom, Papua, pada tanggal yang disebutkan dalam narasi video.
“Tidak ada laporan serupa di Sungai Pas, Keerom, Papua pada 17 Desember. Mungkin ada kesalahan atribusi,” lanjutnya.
Jawaban tersebut memperkuat dugaan bahwa video viral tersebut mengalami salah atribusi lokasi.
Belum Ada Konfirmasi Resmi dari Otoritas Papua
Hingga Jumat (19/12/2025), belum ada pernyataan resmi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Papua maupun pemerintah daerah setempat terkait terjadinya banjir bandang besar di Sungai Pas, Distrik Keerom.
Tidak adanya laporan dari instansi berwenang menjadi indikator penting dalam menilai keabsahan sebuah video bencana. Dalam kasus bencana alam berskala besar, umumnya akan ada rilis resmi, laporan lapangan, atau setidaknya pemberitaan dari media lokal.
Ketiadaan informasi tersebut memperkuat dugaan bahwa video viral tersebut bukan berasal dari wilayah Papua, melainkan kemungkinan besar dari daerah lain yang pernah mengalami banjir bandang serupa.
Fenomena Salah Klaim Lokasi Video Bencana
Kasus viralnya video banjir bandang ini menambah daftar panjang fenomena salah klaim lokasi video bencana di media sosial. Tidak jarang, rekaman lama atau kejadian di wilayah tertentu dikaitkan dengan lokasi lain demi menarik perhatian atau memicu emosi publik.
Fenomena ini berbahaya karena dapat menimbulkan kepanikan, stigma negatif terhadap daerah tertentu, serta mengaburkan fakta sebenarnya. Dalam konteks Papua, narasi bencana yang tidak terverifikasi dapat memperkuat stereotip negatif dan menciptakan persepsi keliru di masyarakat luas.
Para pemerhati media digital menilai, literasi digital menjadi kunci penting dalam menyikapi konten viral. Masyarakat diimbau tidak langsung mempercayai narasi yang beredar tanpa mengecek sumber dan klarifikasi resmi.
Pentingnya Verifikasi Informasi Bencana
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa tidak semua konten viral mencerminkan fakta di lapangan. Verifikasi melalui sumber resmi, media kredibel, dan otoritas setempat sangat penting sebelum menyebarkan ulang informasi.
Bencana alam merupakan isu sensitif yang menyangkut keselamatan dan empati terhadap korban. Penyebaran informasi yang keliru justru dapat merugikan banyak pihak, termasuk masyarakat di daerah yang disebutkan dalam narasi palsu.
Pakar komunikasi menekankan agar pengguna media sosial lebih kritis, terutama terhadap video dengan narasi dramatis. Ciri-ciri seperti tidak adanya waktu, lokasi pasti, serta ketiadaan laporan resmi perlu menjadi tanda peringatan.
Menunggu Klarifikasi Resmi
Hingga saat ini, publik masih menunggu klarifikasi resmi dari pihak berwenang terkait video banjir bandang tersebut. Jika memang terjadi bencana di Papua, tentu pemerintah daerah dan lembaga terkait akan segera memberikan informasi kepada masyarakat.
Namun selama belum ada konfirmasi resmi, video tersebut sebaiknya diperlakukan sebagai informasi yang belum terverifikasi. Masyarakat diimbau untuk tidak menyebarluaskan ulang konten tersebut demi menghindari kesalahpahaman yang lebih luas.
Kasus ini kembali menegaskan pentingnya kehati-hatian dalam mengonsumsi dan membagikan informasi di era digital, khususnya yang berkaitan dengan isu bencana alam dan keselamatan publik.
Baca Juga : Viral Kepala BGN Main Golf, Dadan Hindayana Beri Klarifikasi
Jangan Lewatkan Info Penting Dari : beritabumi

