beritabandar – Seorang turis asing mengalami serangan beruang liar di kawasan pegunungan prefektur Nagano, Jepang, pada awal Oktober 2025. Insiden tersebut menambah daftar panjang kasus serangan hewan liar di Jepang dalam beberapa tahun terakhir, yang meningkat seiring bertambahnya interaksi manusia dengan habitat satwa. Korban dilaporkan menderita luka serius dan kini dirawat intensif di rumah sakit setempat. Pemerintah daerah segera mengambil langkah darurat dengan memperketat pengawasan di kawasan wisata alam.
- Kronologi Serangan di Jalur Pendakian Populer
Peristiwa itu terjadi pada Selasa pagi ketika seorang wisatawan asal Eropa, berusia sekitar 30 tahun, tengah mendaki di jalur Kamikochi Trail, salah satu rute alam populer di Nagano yang terkenal dengan pemandangan gunung dan sungai jernih. Menurut laporan kepolisian, korban diserang seekor beruang hitam Asia yang muncul dari semak belukar di dekat sungai Azusa. Warga sekitar mendengar teriakan minta tolong sebelum tim penyelamat tiba di lokasi. Korban mengalami luka robek di bahu dan punggung akibat cakaran hewan tersebut. Ia berhasil diselamatkan oleh sesama pendaki yang segera menghubungi petugas hutan. - Upaya Penyelamatan dan Kondisi Korban
Tim penyelamat tiba sekitar 20 menit setelah laporan diterima dan langsung mengevakuasi korban menggunakan helikopter ke rumah sakit di kota Matsumoto. Dokter menyebutkan bahwa korban mengalami luka cukup dalam namun dalam kondisi stabil. “Beruntung, serangan tidak mengenai organ vital. Saat ini korban sadar dan dalam pengawasan ketat,” ujar juru bicara rumah sakit. Pihak berwenang memastikan keluarga korban telah dihubungi melalui kedutaan besar negaranya. Pemerintah Nagano juga menutup sementara sebagian jalur pendakian untuk investigasi dan pembersihan area. - Lonjakan Serangan Beruang di Jepang
Data dari Kementerian Lingkungan Jepang menunjukkan adanya peningkatan kasus serangan beruang dalam dua tahun terakhir, terutama di wilayah utara dan tengah. Tahun 2024, tercatat lebih dari 200 laporan serangan, sebagian besar terjadi karena beruang turun gunung mencari makanan saat musim dingin lebih panjang dari biasanya. Perubahan iklim dan berkurangnya sumber makanan alami diyakini mendorong hewan-hewan ini mendekati pemukiman atau jalur wisata. Otoritas lingkungan memperingatkan bahwa para pendaki dan wisatawan harus selalu membawa bel berbunyi untuk menghindari kontak mendadak dengan satwa liar. - Respons Pemerintah dan Warga Setempat
Menanggapi kejadian ini, Pemerintah Prefektur Nagano segera mengerahkan petugas untuk memantau pergerakan beruang menggunakan drone dan kamera pengintai. Spanduk peringatan baru juga dipasang di berbagai titik wisata. “Kami tidak ingin tragedi ini terulang. Keselamatan pengunjung adalah prioritas,” ujar pejabat setempat. Warga sekitar mengaku kini lebih waspada, terutama mereka yang tinggal dekat area hutan. Beberapa pengelola penginapan bahkan mulai menyediakan semprotan penangkal beruang bagi tamu yang hendak beraktivitas di alam terbuka. - Kesadaran Baru bagi Wisata Alam Jepang
Insiden ini menjadi pengingat bahwa di balik keindahan alam Jepang, masih ada potensi bahaya yang perlu diwaspadai. Pemerintah Jepang sebelumnya telah mengkampanyekan wisata berkelanjutan yang memperhatikan keseimbangan antara manusia dan satwa liar. Namun meningkatnya jumlah wisatawan pascapandemi membuat interaksi dengan hewan liar sulit dihindari. “Beruang bukan hewan agresif, tetapi bisa menyerang bila merasa terancam,” kata seorang ahli satwa dari Universitas Tokyo. Ia menekankan pentingnya edukasi bagi turis asing agar memahami etika menjelajah alam Jepang.
Kawasan Kamikochi akan dibuka kembali setelah otoritas memastikan kondisi aman. Sementara itu, kejadian ini menjadi bahan evaluasi bagi pengelola wisata alam di seluruh Jepang untuk memperkuat sistem keamanan tanpa mengurangi keaslian ekosistem. Bagi wisatawan, insiden ini menjadi pelajaran bahwa petualangan di alam bebas menuntut kewaspadaan dan rasa hormat terhadap alam.

