Video Penghinaan Sumba Picu Amarah Publik
Media sosial kembali dihebohkan oleh beredarnya sebuah video viral yang dinilai menghina masyarakat Sumba. Video tersebut pertama kali mencuat di platform TikTok dan kemudian menyebar luas ke berbagai media sosial lainnya. Dalam video itu, seorang pengguna TikTok melontarkan pernyataan yang merendahkan masyarakat Sumba dengan kata-kata yang dianggap rasis dan tidak pantas.
Pernyataan tersebut langsung menuai kecaman keras dari warganet. Banyak pihak menilai ucapan itu tidak hanya melukai masyarakat Sumba, tetapi juga mencederai nilai keberagaman dan persatuan. Isu ini pun semakin membesar setelah sejumlah figur publik ikut angkat bicara dan menyampaikan kemarahan mereka secara terbuka.
Marion Jola Tak Terima Sumba Dihina
Salah satu figur publik yang paling vokal mengecam video tersebut adalah Marion Jola. Penyanyi asal Nusa Tenggara Timur (NTT) itu secara terbuka menyampaikan kemarahannya setelah mengetahui masyarakat Sumba menjadi sasaran hinaan.
Marion Jola mengaku sangat tersinggung dengan pernyataan pelaku dalam video tersebut. Ia menegaskan bahwa masyarakat Sumba tidak pantas dijadikan bahan olokan, apalagi dengan narasi yang merendahkan martabat.
“Siapa yang berani bilang orang Sumba isinya orang gila kampung semua? Saya perempuan Sumba, orang gila mana nih berani-beraninya ngata-ngatain Sumba dan orang-orang kami ini?” tulis Marion Jola di kolom komentar unggahan yang membagikan video tersebut.
Ungkapan tersebut mencerminkan kemarahan sekaligus pembelaan Marion Jola terhadap saudara-saudaranya di Sumba. Ia menilai pernyataan pelaku sudah melewati batas dan tidak bisa ditoleransi.
Erika Carlina Unggah Video dan Ikut Mengecam
Kemunculan isu ini tak lepas dari unggahan Erika Carlina di media sosial. Erika membagikan ulang video penghinaan tersebut dan secara tegas menyatakan kemarahannya. Baginya, pernyataan pelaku tidak hanya menghina Sumba secara umum, tetapi juga menyerang orang-orang terdekatnya.
Erika Carlina mengungkapkan bahwa pengasuh anaknya berasal dari Sumba. Ia merasa tersinggung karena orang yang telah membantu dan merawat anaknya dengan penuh tanggung jawab justru menjadi sasaran hinaan.
“Kalo mau hujat aku, hujat aku aja. Tapi jangan bawa-bawa pengasuh Andrew. Tugas pengasuh aku cuma merawat dan menjaga Andrew, tidak peduli dari mana asalnya,” tegas Erika Carlina.
Menurut Erika, latar belakang daerah atau suku seseorang tidak bisa dijadikan alasan untuk merendahkan martabatnya. Ia justru memuji pengasuh anaknya sebagai sosok yang penuh kasih sayang, bertanggung jawab, dan bekerja dengan sepenuh hati.
Isi Video Dinilai Rasis dan Menyakiti Banyak Pihak
Dalam video yang beredar, pelaku secara terang-terangan menyebut masyarakat Sumba dengan kata-kata yang dianggap merendahkan dan melecehkan. Pernyataan tersebut memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, termasuk masyarakat NTT dan aktivis isu sosial.
Banyak warganet menilai ucapan itu sebagai bentuk rasisme yang tidak bisa dibenarkan. Mereka mengingatkan bahwa Indonesia dibangun di atas keberagaman suku, budaya, dan latar belakang, sehingga ujaran kebencian semacam itu sangat berbahaya.
Kolom komentar di berbagai unggahan media sosial pun dipenuhi kecaman. Tidak sedikit warganet yang menyampaikan solidaritas kepada masyarakat Sumba dan mendesak agar pelaku bertanggung jawab atas ucapannya.
Marion Jola dan Erika Carlina Jadi Simbol Perlawanan
Kecaman yang disampaikan Marion Jola dan Erika Carlina dinilai banyak pihak sebagai bentuk perlawanan terhadap ujaran kebencian. Kehadiran figur publik dalam isu ini dianggap penting untuk memberi suara bagi kelompok yang disudutkan.
Marion Jola, sebagai sosok yang memiliki kedekatan emosional dengan NTT, dianggap mewakili perasaan banyak masyarakat Sumba yang terluka. Sementara Erika Carlina menunjukkan bahwa isu ini bukan hanya soal daerah asal, tetapi juga tentang nilai kemanusiaan dan penghormatan terhadap sesama.
Banyak warganet memuji keberanian keduanya dalam bersuara. Mereka menilai sikap tegas tersebut dapat menjadi contoh bagi publik figur lain untuk tidak diam ketika melihat ketidakadilan.
Warganet Desak Pelaku Bertanggung Jawab
Seiring meluasnya kecaman, muncul desakan agar pelaku video penghinaan tersebut memberikan klarifikasi dan permintaan maaf secara terbuka. Sebagian warganet bahkan meminta agar identitas pelaku diungkap dan diproses sesuai aturan yang berlaku.
Erika Carlina sendiri mengisyaratkan akan mencari pelaku dengan bantuan warganet. Ia menegaskan bahwa penghinaan semacam ini tidak boleh dibiarkan begitu saja karena dapat memicu konflik sosial.
Isu ini pun memunculkan diskusi lebih luas mengenai etika bermedia sosial. Banyak pihak mengingatkan bahwa kebebasan berekspresi tidak berarti bebas menghina atau merendahkan kelompok tertentu.
Sumba dan Nilai Keberagaman Indonesia
Sumba dikenal sebagai wilayah dengan kekayaan budaya, tradisi, dan nilai kemanusiaan yang kuat. Masyarakat Sumba telah lama berkontribusi dalam berbagai bidang, mulai dari seni, budaya, hingga kehidupan sosial di berbagai daerah Indonesia.
Penghinaan terhadap satu kelompok tidak hanya melukai individu, tetapi juga mencederai semangat persatuan. Kasus ini menjadi pengingat bahwa toleransi dan saling menghormati harus terus dijaga, terutama di ruang digital yang dampaknya sangat luas.
Pesan Penting dari Kasus Viral Ini
Kasus viral penghinaan terhadap masyarakat Sumba menunjukkan betapa cepatnya ujaran kebencian menyebar di media sosial. Namun di sisi lain, kasus ini juga memperlihatkan kekuatan solidaritas dan keberanian bersuara dari publik figur serta masyarakat.
Sikap tegas Marion Jola dan Erika Carlina menjadi pesan kuat bahwa rasisme dan penghinaan tidak boleh dinormalisasi. Media sosial seharusnya menjadi ruang berbagi yang sehat, bukan sarana menyebarkan kebencian.
Ke depan, banyak pihak berharap kejadian serupa tidak terulang. Edukasi tentang keberagaman, empati, dan etika digital dinilai penting agar ruang publik digital menjadi lebih aman dan manusiawi bagi semua.
Baca Juga : Rumus Baru Pengupahan Berlaku, Ini Gambaran Prediksi UMP Jakarta Tahun 2026
Jangan Lewatkan Info Penting Dari : infowarkop

