beritabandar.com Ruang publik idealnya menjadi tempat yang ramah bagi semua kalangan, tanpa terkecuali. Namun dalam praktiknya, penyandang disabilitas masih kerap menghadapi berbagai hambatan, baik secara fisik maupun sosial. Kesadaran inilah yang mendorong mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk menggelar kampanye sosial bertajuk “Kawan Netra”.
Kampanye ini hadir sebagai upaya membangun empati dan pemahaman masyarakat terhadap penyandang disabilitas tunanetra. Melalui pendekatan komunikasi yang langsung menyentuh masyarakat, para mahasiswa ingin mengajak publik melihat disabilitas dengan perspektif yang lebih setara dan manusiawi.
Kampanye Sosial yang Menyentuh Masyarakat
Pelaksanaan kampanye dilakukan di ruang publik yang ramai dikunjungi warga. Interaksi langsung menjadi kekuatan utama kegiatan ini. Mahasiswa tidak hanya menyampaikan pesan melalui poster atau selebaran, tetapi juga berdialog dengan masyarakat yang hadir.
Pendekatan ini dipilih agar pesan inklusivitas tidak berhenti pada tataran teori. Masyarakat diajak memahami realitas yang dihadapi tunanetra dalam kehidupan sehari-hari. Dari cara berjalan, berinteraksi, hingga mengakses fasilitas umum, semua disampaikan secara edukatif dan mudah dipahami.
Mengubah Stigma yang Masih Mengakar
Ketua tim kampanye, Fita Azzahra Ulya, menyampaikan bahwa tujuan utama “Kawan Netra” adalah mematahkan stigma negatif yang masih melekat pada penyandang tunanetra. Selama ini, disabilitas sering dipandang hanya dari sisi keterbatasan.
Melalui kampanye ini, mahasiswa ingin menggeser cara pandang tersebut. Tunanetra bukan objek belas kasihan, melainkan individu yang memiliki potensi, kemandirian, dan kemampuan untuk berkarya. Perubahan persepsi ini dinilai penting agar masyarakat dapat bersikap lebih menghargai dan setara.
Dari Rasa Kasihan Menuju Sikap Menghargai
Salah satu pesan kunci dalam kampanye “Kawan Netra” adalah perubahan sikap. Rasa kasihan sering kali muncul tanpa disadari, namun justru dapat merendahkan martabat penyandang disabilitas. Mahasiswa Ilkom UMS menekankan pentingnya mengganti rasa kasihan dengan sikap menghargai.
Menghargai berarti mengakui hak, potensi, dan peran penyandang tunanetra dalam masyarakat. Sikap ini juga tercermin dalam perilaku sehari-hari, seperti tidak meremehkan kemampuan mereka dan memberikan ruang yang sama untuk berpartisipasi.
Peran Mahasiswa sebagai Agen Perubahan
Kampanye “Kawan Netra” menunjukkan peran strategis mahasiswa sebagai agen perubahan sosial. Dengan latar belakang ilmu komunikasi, mahasiswa mampu merancang pesan yang persuasif dan relevan dengan kondisi masyarakat.
Kegiatan ini juga menjadi bentuk implementasi nyata dari ilmu yang dipelajari di bangku kuliah. Mahasiswa tidak hanya memahami konsep komunikasi sosial secara teoritis, tetapi juga menerapkannya langsung untuk menjawab persoalan sosial di sekitar mereka.
Mendorong Empati Lewat Pengalaman Langsung
Salah satu kekuatan kampanye ini adalah pendekatan berbasis pengalaman. Masyarakat diajak membayangkan bagaimana rasanya beraktivitas tanpa penglihatan. Dengan cara ini, empati tumbuh secara alami.
Empati yang dibangun bukan sekadar perasaan sesaat, tetapi diharapkan berlanjut menjadi kesadaran jangka panjang. Ketika masyarakat memahami tantangan yang dihadapi tunanetra, mereka akan lebih peka dalam bersikap dan bertindak di ruang publik.
Ruang Publik yang Lebih Ramah Disabilitas
Selain mengedukasi masyarakat, kampanye ini juga menyoroti pentingnya ruang publik yang inklusif. Aksesibilitas fisik seperti jalur pemandu, rambu yang jelas, dan fasilitas umum yang ramah disabilitas menjadi bagian dari diskusi yang disampaikan kepada warga.
Mahasiswa Ilkom UMS menekankan bahwa inklusivitas bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat luas. Sikap saling menghormati dan kesadaran bersama menjadi fondasi utama terciptanya ruang publik yang aman dan nyaman bagi semua.
Dampak Sosial yang Diharapkan
Melalui kampanye “Kawan Netra”, mahasiswa berharap terjadi perubahan sikap yang nyata di tengah masyarakat. Kesadaran tentang kesetaraan diharapkan tidak berhenti pada kegiatan kampanye, tetapi terus berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
Kampanye ini juga diharapkan dapat menginspirasi kelompok lain untuk melakukan aksi serupa. Semakin banyak pihak yang terlibat, semakin besar peluang terciptanya lingkungan sosial yang inklusif dan berkeadilan.
Edukasi sebagai Langkah Awal Perubahan
Para mahasiswa menyadari bahwa perubahan sosial tidak terjadi secara instan. Edukasi menjadi langkah awal yang penting. Dengan pengetahuan yang tepat, masyarakat dapat memahami isu disabilitas secara lebih komprehensif.
Kampanye ini menjadi contoh bagaimana edukasi dapat dikemas secara kreatif dan dekat dengan masyarakat. Pendekatan ini dinilai efektif untuk menyampaikan pesan sosial tanpa kesan menggurui.
Kesimpulan
Kampanye “Kawan Netra” yang digagas mahasiswa Ilmu Komunikasi UMS menjadi upaya nyata dalam membangun ruang publik yang lebih inklusif. Melalui edukasi dan interaksi langsung, masyarakat diajak mengubah cara pandang terhadap penyandang tunanetra.
Dari rasa kasihan menuju sikap menghargai, dari stigma menuju kesetaraan, kampanye ini membawa pesan kuat tentang pentingnya empati dan inklusivitas. Langkah kecil ini diharapkan menjadi bagian dari perubahan besar menuju masyarakat yang lebih adil dan ramah bagi semua.

Cek Juga Artikel Dari Platform marihidupsehat.web.id
