beritabandar – Suasana tenang di kawasan wisata Lembang, Kabupaten Bandung Barat, mendadak gempar pada Kamis pagi (2/10) setelah seekor macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) terlihat berkeliaran di area parkir sebuah hotel berbintang. Satwa langka yang dilindungi itu diduga tersesat dari habitat aslinya di hutan Gunung Tangkuban Parahu. Petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat segera dikerahkan untuk melakukan evakuasi setelah menerima laporan dari pihak hotel.
- Kronologi Kemunculan Satwa Langka di Hotel
Menurut keterangan pihak hotel, macan tutul tersebut pertama kali terlihat sekitar pukul 05.30 pagi oleh seorang petugas keamanan yang tengah berpatroli di area taman belakang. Hewan itu tampak kebingungan dan sempat berlari ke arah kolam renang sebelum bersembunyi di balik semak. “Awalnya kami kira anjing besar, tapi setelah didekati ternyata macan tutul. Kami langsung mengevakuasi tamu dari area sekitar,” ujar Kepala Keamanan Hotel. Video kemunculan satwa itu sempat viral di media sosial dan mengundang perhatian warganet. - Proses Evakuasi oleh Tim BBKSDA dan Polisi
Setelah mendapat laporan, tim BBKSDA Jawa Barat bersama kepolisian segera datang ke lokasi dengan membawa peralatan penenang. Proses evakuasi berlangsung selama hampir tiga jam karena hewan tersebut sempat berpindah-pindah tempat di sekitar taman hotel. Petugas berhasil menembakkan peluru bius pada pukul 08.45, kemudian mengevakuasi satwa itu dengan hati-hati menggunakan jaring besar. Kepala BBKSDA Jawa Barat, Ujang Wahyudin, menyampaikan bahwa macan tutul berjenis kelamin jantan berusia sekitar 6 tahun itu dalam kondisi lemas namun tidak terluka parah. “Kemungkinan besar dia tersesat saat mencari wilayah jelajah baru atau mangsa,” ujarnya. - Kemungkinan Habitat Terganggu Akibat Aktivitas Manusia
Para ahli menduga, kemunculan macan tutul di area permukiman dan hotel ini berkaitan dengan menyempitnya habitat alami di kawasan hutan Tangkuban Parahu dan Gunung Burangrang. Aktivitas wisata, pembukaan lahan, serta penebangan liar diyakini membuat satwa predator tersebut keluar dari wilayah jelajahnya. “Macan tutul biasanya menghindari manusia. Kalau sudah masuk ke area penduduk, itu pertanda habitatnya tertekan,” jelas peneliti fauna Universitas Padjadjaran, Dini Sasmita. Ia menambahkan bahwa perubahan ekosistem akibat urbanisasi cepat di Lembang menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup satwa endemik Jawa. - Respons Pemerintah dan Langkah Penanganan Lanjutan
Usai berhasil diamankan, macan tutul tersebut dibawa ke Pusat Rehabilitasi Satwa Cikananga di Sukabumi untuk pemeriksaan kesehatan dan observasi perilaku. Jika kondisinya dinyatakan sehat, hewan itu akan dilepaskan kembali ke kawasan konservasi yang lebih aman dan jauh dari aktivitas manusia. Dinas Kehutanan Jawa Barat berjanji memperkuat patroli di sekitar hutan Lembang dan memperluas zona penyangga antara permukiman warga dan kawasan lindung. “Kami akan bekerja sama dengan pengelola wisata untuk menekan potensi konflik manusia dan satwa,” kata Kepala Dinas Kehutanan. - Peringatan bagi Wisatawan dan Warga Sekitar
Pasca-insiden, pihak BBKSDA mengimbau masyarakat dan wisatawan agar tetap tenang namun waspada. Mereka juga diminta tidak mendekati atau mencoba memotret hewan liar jika terlihat di sekitar kawasan wisata. “Kami memahami ketertarikan publik, tapi keselamatan manusia dan satwa harus diutamakan,” tegas Ujang. Pihak hotel kini memperketat pengawasan malam hari dan memasang lampu tambahan di area taman untuk mencegah kejadian serupa. Sementara itu, warga sekitar berharap pemerintah serius menjaga hutan-hutan yang menjadi rumah bagi satwa langka seperti macan tutul Jawa.
Insiden ini menjadi pengingat bahwa keberadaan satwa liar di sekitar manusia mencerminkan keseimbangan alam yang terganggu. Macan tutul Jawa, yang populasinya diperkirakan kurang dari 600 ekor di alam bebas, kini menghadapi ancaman nyata akibat kehilangan habitat. Peristiwa di Lembang menjadi peringatan bagi semua pihak untuk menjaga kelestarian hutan dan menata pembangunan wisata agar tidak merusak ruang hidup satwa endemik Nusantara.

