beritabandar.com Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, akhirnya memberikan penjelasan resmi terkait aksi penjarahan yang dilakukan sejumlah warga di Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Aksi tersebut terjadi setelah wilayah tersebut mengalami banjir dan longsor parah yang menghancurkan rumah, fasilitas umum, dan berbagai sumber kehidupan warga.
Dalam penjelasannya, Bobby menyampaikan bahwa pemerintah memahami kondisi psikologis masyarakat yang terdampak. Menurutnya, warga berada dalam keadaan sangat sulit, sehingga tindakan yang terjadi harus dilihat dalam konteks bencana besar yang melanda wilayah tersebut. Ia menegaskan bahwa pemerintah tidak sepenuhnya menyalahkan masyarakat yang terlibat dalam penjarahan.
Bobby mengatakan bahwa masyarakat terdampak telah bertahan berhari-hari tanpa makanan dan bantuan yang memadai. Situasi ini membuat banyak warga terpaksa mengambil langkah-langkah darurat demi mempertahankan hidup. “Yang pasti masyarakat kita tahu kondisinya. Mungkin sudah beberapa hari tidak makan. Kita tidak menyalahkan 100 persen ke masyarakat, tapi fokus kita adalah bagaimana membagi bantuan agar kebutuhan mereka terpenuhi,” jelasnya.
Konteks Bencana yang Memicu Aksi Penjarahan
Banjir dan longsor yang melanda Sibolga dan Tapteng menjadi salah satu bencana terburuk yang dialami wilayah tersebut dalam beberapa tahun terakhir. Curah hujan ekstrem membuat air sungai meluap, menghanyutkan permukiman, dan menimbun banyak rumah dengan material lumpur. Banyak warga yang kehilangan seluruh harta benda dalam hitungan jam.
Dalam situasi seperti itu, ribuan warga terpaksa mengungsi tanpa membawa cukup bekal. Beberapa daerah bahkan terisolasi akibat akses jalan yang terputus. Kesulitan distribusi membuat bantuan tidak cepat sampai ke seluruh titik, terutama daerah-daerah yang berada di pedalaman atau wilayah yang tertutup longsoran.
Ketika kebutuhan mendesak seperti makanan, air bersih, dan obat-obatan tidak segera tersedia, warga mengalami kepanikan. Dalam kondisi ini, sebagian warga mencoba mengambil persediaan dari toko atau gudang terdekat sebagai upaya bertahan hidup. Kejadian penjarahan tersebut pun menjadi perhatian publik setelah rekaman video dan foto menyebar luas.
Pemerintah Memprioritaskan Evakuasi dan Bantuan
Bobby menegaskan bahwa prioritas pemerintah saat ini adalah memastikan seluruh bantuan bisa tersalurkan dengan cepat dan merata. Ia mendorong seluruh jajaran, mulai dari pemerintah daerah hingga aparat keamanan, untuk memperbaiki alur distribusi bantuan agar tidak terjadi kekurangan atau penumpukan barang di satu titik.
Saat ini, sejumlah posko bantuan telah didirikan di berbagai wilayah terdampak. Bantuan berupa makanan siap saji, beras, air minum, selimut, pakaian, dan kebutuhan darurat lainnya terus disalurkan. Pemerintah juga mengerahkan tenaga medis untuk memberikan layanan kesehatan kepada warga yang mengalami luka atau gangguan kesehatan akibat bencana.
Untuk mempercepat penanganan, pemerintah bekerja sama dengan TNI, Polri, Basarnas, relawan, dan masyarakat setempat. Alat berat diturunkan untuk membersihkan jalur yang tertimbun material longsor. Di beberapa titik, pemerintah membuka jalur darurat agar kendaraan pengangkut bantuan bisa masuk.
Pendekatan Humanis dalam Menyikapi Penjarahan
Terkait penjarahan, Bobby Nasution menekankan pentingnya pendekatan humanis. Ia meminta aparat tidak mengambil tindakan represif terhadap warga yang terlibat, mengingat kondisi mereka sangat memprihatinkan. Pemerintah lebih memilih bekerja mengatasi sumber masalah, yaitu memastikan warga menerima bantuan tepat waktu.
Menurut Bobby, tindakan represif hanya akan memperburuk keadaan dan menambah tekanan psikologis warga. Sebaliknya, pemerintah ingin meredakan ketegangan dengan memberikan perhatian penuh terhadap kebutuhan dasar masyarakat. Ia percaya bahwa ketika bantuan sudah lancar diterima, tindakan penjarahan tidak akan terulang.
Ia juga mengingatkan bahwa warga terdampak sedang mengalami trauma mendalam. Banyak dari mereka kehilangan keluarga, rumah, dan penghidupan. Pemerintah harus hadir sebagai penolong, bukan pemberi hukuman. Pendekatan ini dipuji banyak pihak karena memprioritaskan empati di tengah situasi darurat.
Pentingnya Percepatan Logistik dan Mitigasi Jangka Panjang
Bencana besar di Sibolga dan Tapteng menjadi pengingat bahwa daerah rawan membutuhkan sistem mitigasi yang lebih kuat. Bobby mengatakan bahwa pemerintah akan memperkuat sistem peringatan dini, menata ulang wilayah rawan longsor, dan mempercepat pembangunan infrastruktur pengendali banjir.
Selain itu, pemerintah juga berencana memperbaiki jalur-jalur distribusi yang sering terputus akibat bencana. Perbaikan ini penting agar bantuan dapat menjangkau warga lebih cepat tanpa mengulang masalah yang sama di masa depan.
Di sisi lain, penguatan logistik juga menjadi perhatian utama. Pemerintah harus memastikan stok bantuan tetap tersedia di daerah rawan bencana. Dengan begitu, ketika bencana terjadi, warga tidak sampai mengalami kekurangan makanan selama berhari-hari.
Harapan untuk Pemulihan Warga
Dalam pesannya, Bobby menyampaikan harapan besar agar warga Sibolga dan Tapteng tetap kuat menghadapi musibah ini. Ia menegaskan bahwa pemprov Sumut akan terus mendampingi hingga kondisi kembali stabil. Pemulihan pascabencana menjadi pekerjaan panjang yang membutuhkan kolaborasi semua pihak.
Warga pun berharap agar bantuan terus mengalir dan kehidupan mereka bisa kembali normal. Dengan hadirnya pemerintah secara langsung dan pendekatan yang penuh empati, diharapkan pemulihan berjalan lebih cepat dan lebih manusiawi.

Cek Juga Artikel Dari Platform updatecepat.web.id
