Skip to content
BeritaBandar – Platform Bandar Berita Paling Update & Lengkap
Menu
  • Sample Page
Menu

Prada Lucky Tewas, Ibunda Bermimpi Wajah Anak Sedih

Posted on August 7, 2025August 7, 2025 by admin

Duka mendalam menyelimuti keluarga Prada Lucky Sahputra Purba, seorang prajurit muda TNI AD yang ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan usai diduga dianiaya oleh para seniornya. Kabar kematian Lucky bukan hanya memukul institusi militer yang sedang berupaya menjaga nama baiknya, tetapi juga merobek hati seorang ibu yang tak sempat memeluk putranya untuk terakhir kali.

Lebih dari sekadar kabar duka, tragedi ini menyisakan cerita pilu yang menusuk hati. Sang ibunda, Rosmalia Br Purba, mengaku sempat bermimpi sang anak pulang ke rumah dengan wajah yang begitu sedih, hanya beberapa jam sebelum kabar kematiannya datang.

Mimpi Sebagai Pertanda yang Terlambat Dimengerti

Rosmalia masih ingat jelas malam itu. Ia terbangun dari tidurnya dengan perasaan tak menentu. Dalam mimpinya, Prada Lucky berdiri di depan pintu rumah mengenakan seragam dinasnya, namun berbeda. Wajahnya muram, matanya sembab seolah menahan tangis, dan mulutnya diam membisu. Ia hanya menatap sang ibu dalam waktu yang cukup lama, sebelum perlahan-lahan menghilang.

Awalnya, Rosmalia mengira itu hanyalah bunga tidur. Tapi pagi harinya, kabar yang tak pernah ia bayangkan datang seperti petir di siang bolong: Lucky meninggal dunia dalam pelatihan. Tapi kecurigaan langsung muncul saat pihak keluarga melihat kondisi jenazah.

Wajah sang anak penuh luka, tubuhnya lebam, dan ada bekas kekerasan yang jelas tak masuk akal jika hanya dikatakan “meninggal saat latihan”. Mimpi itu pun berubah menjadi pertanda terakhir yang membuat sang ibu yakin, anaknya telah berpamitan… dalam diam dan derita.

Luka Fisik dan Luka Hati yang Tak Bisa Disembunyikan

Saat jenazah Lucky dibawa pulang ke kampung halamannya di Simalungun, Sumatera Utara, duka tak hanya menggulung keluarga tapi juga warga sekitar. Tangis pecah di tiap sudut rumah. Warga bergantian datang untuk mengucapkan belasungkawa dan memberikan pelukan hangat kepada Rosmalia dan keluarga.

Namun yang paling mencolok adalah kondisi tubuh Prada Lucky. Foto-foto yang beredar di media sosial maupun yang disimpan keluarga menunjukkan luka memar, lebam di wajah, dan bekas-bekas hantaman di bagian tubuh lain. Bahkan, menurut kesaksian keluarga, ada luka yang tampak seperti bekas benda tumpul dan dugaan penyiksaan fisik yang sistematis.

“Kalau cuma latihan biasa, kenapa sampai segitunya?” ujar salah satu kerabat saat diwawancarai oleh media lokal. Kalimat yang sama juga digaungkan netizen yang mengawal kasus ini di media sosial. Tak sedikit yang menyuarakan tagar #KeadilanUntukLucky, berharap pihak TNI bisa bersikap transparan dan memberi keadilan bagi prajurit muda ini.

Sunyi di Medan Tugas, Teriakan di Meja Hukum

Kasus kekerasan dalam dunia militer bukan hal baru, namun setiap kali muncul ke permukaan, rasa perihnya tetap sama. Prada Lucky adalah satu dari sekian banyak prajurit muda yang gugur bukan karena musuh, tetapi karena kekerasan dari rekan sebarisnya sendiri—yang seharusnya menjadi saudara dalam medan tugas.

Dalam konferensi pers, pihak TNI menyatakan sedang melakukan investigasi menyeluruh. Beberapa oknum telah diperiksa dan diamankan. Namun, publik masih menanti langkah konkret dan hukuman yang adil. Harapan terbesar tentu datang dari keluarga. Mereka tak ingin kasus ini selesai hanya dengan “permintaan maaf institusi” atau “hukuman ringan”.

Rosmalia dan suaminya berharap, kematian Lucky bisa menjadi pintu masuk perubahan nyata dalam sistem pendidikan dan pembinaan militer. Bukan untuk menyudutkan, tapi demi nyawa-nyawa muda lain yang tengah memulai pengabdian mereka kepada negeri.

Kenangan yang Tinggal Cerita

Lucky dikenal sebagai anak yang penurut dan bercita-cita tinggi. Sejak kecil ia ingin menjadi tentara. Tak peduli hidup dalam keluarga sederhana, semangatnya tidak pernah padam. Bahkan, menurut gurunya di SMA, Lucky termasuk siswa yang jarang bolos, senang membantu, dan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler.

“Dia sering bilang mau buat orang tuanya bangga,” ujar seorang guru. “Dan waktu akhirnya lulus seleksi TNI, kami semua ikut senang. Kami pikir hidupnya akan semakin baik.”

Namun kini, semua harapan itu terkubur bersama jenazahnya. Di rumah duka, Rosmalia menyimpan dengan rapi seragam pertama anaknya, lengkap dengan nama dan pangkat kecil di dada. “Saya simpan ini, bukan karena bangga, tapi karena ini satu-satunya yang tersisa,” ucapnya dengan air mata.

Di dinding rumah sederhana mereka, terpajang foto Lucky dalam seragam. Senyumnya membeku, tak lagi bisa berubah. Waktu telah memaku kenangan itu.

Harapan untuk Perubahan

Duka yang dialami keluarga Lucky hanyalah satu dari sekian kisah pilu dalam tubuh institusi militer yang sebenarnya lahir untuk melindungi. Kejadian ini harusnya menjadi momentum refleksi besar-besaran—bukan hanya di internal TNI, tapi juga di kalangan masyarakat dan media.

Pendidikan militer seharusnya menanamkan disiplin dan loyalitas, bukan menormalisasi kekerasan. Kekerasan antar senior-junior harus benar-benar ditindak tegas. Bukan karena tekanan publik semata, melainkan karena nyawa seseorang tidak pernah bisa dibayar dengan permintaan maaf atau sekadar pencopotan pangkat.

Hukum harus berbicara lebih lantang dari hierarki. Jika tidak, maka tragedi Lucky hanya akan menjadi bagian dari daftar panjang korban kekerasan yang terlupakan. Dan setiap ibu di Indonesia akan terus hidup dalam ketakutan saat melepas anaknya menjalani pendidikan militer.

Tragedi ini seharusnya juga membuka ruang dialog yang lebih luas, agar masyarakat bisa ikut mengawasi dan memberi masukan. Agar nilai-nilai kemanusiaan tetap dijaga, bahkan dalam barak-barak pelatihan yang paling keras sekalipun.

Kini, perjuangan keluarga Prada Lucky bukan hanya soal menuntut keadilan. Tapi juga menjadi simbol perlawanan terhadap sistem yang membiarkan kekerasan tumbuh atas nama tradisi. Sebab cinta seorang ibu tak bisa dipadamkan, bahkan oleh maut.

Artikel ini dapat Anda baca juga di rumahjurnal untuk pembahasan lebih dalam terkait fenomena kekerasan dalam institusi pendidikan formal dan militer.

Recent Posts

  • Terungkap, 3 Rekening “Sultan” Kemenaker untuk Pemerasan
  • Demo Ricuh Tolak Tunjangan DPR, Dasco Buka Suara
  • Lisa Mariana Akui Terima Dana Ridwan Kamil untuk Anaknya
  • Prabowo Respons Kritik yang Sebut Dirinya Hanya Bisa Pidato
  • Obat Cacing Jadi Tren Gen Z, Guru Besar Farmasi UGM Ingatkan

Partner

suarairama pestanada beritabandar rumahjurnal podiumnews dailyinfo wikiberita zonamusiktop musicpromote bengkelpintar liburanyuk jelajahhijau carimobilindonesia jalanjalan-indonesia otomotifmotorindo ngobrol olahraga mabar dapurkuliner benjanews dtomarmaris pooluniversity quotesbook globenews24 thepsychologysage radarbandung indosiar radarjawa medianews infowarkop kalbarnews ketapangnews beritabumi kabarsantai outfit faktagosip beritagram

©2025 BeritaBandar – Platform Bandar Berita Paling Update & Lengkap | Design: Newspaperly WordPress Theme