beritabandar.com Sebagian wilayah pesisir Jakarta kembali dilanda banjir rob. Genangan air laut ini muncul pada siang hari dan berdampak pada puluhan rukun tetangga (RT) serta beberapa ruas jalan utama di kawasan utara Jakarta. Banjir rob menjadi peringatan bahwa risiko bencana pesisir di ibu kota masih tinggi dan perlu diantisipasi secara serius.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta memberikan laporan terbaru mengenai kondisi tersebut. Dari pemetaan sementara, total 23 RT di pesisir Jakarta terendam air laut. Selain permukiman warga, dua ruas jalan juga ikut tergenang. Tinggi air yang masuk ke permukiman dapat bervariasi, tergantung lokasi dan kondisi infrastruktur di sekitarnya.
Fenomena Alam yang Memicu Banjir
BPBD menjelaskan bahwa penyebab utama banjir rob kali ini berasal dari pasang maksimum air laut. Fenomena ini tidak berdiri sendiri. Kenaikan permukaan air diperkuat oleh fase bulan purnama dan kondisi bulan berada pada titik Perigee atau lebih dikenal dengan istilah Supermoon. Pada fase tersebut, posisi bulan lebih dekat dengan bumi sehingga gaya tarik gravitasinya meningkat dan menyebabkan air laut naik lebih tinggi dari biasanya.
Fenomena ini sudah sering menjadi pemicu banjir rob di wilayah pesisir, terutama di Jakarta Utara yang berada pada elevasi rendah dan berdekatan langsung dengan laut. Ketika pasang tinggi datang, air laut mudah masuk hingga ke area pemukiman. Terlebih ketika sistem drainase tidak mampu mengalirkan air kembali ke laut secara cepat.
Dampak Terhadap Masyarakat
Warga yang tinggal di wilayah utara Jakarta sudah cukup akrab dengan kondisi rob. Namun, setiap terjadinya genangan, aktivitas harian tetap terganggu. Rumah-rumah yang tergenang membuat warga harus memindahkan barang ke tempat lebih tinggi. Sementara itu, jalan yang terdampak menimbulkan hambatan perjalanan. Kendaraan harus melambat karena genangan membuat jalan licin.
Selain gangguan mobilitas, situasi seperti ini juga meningkatkan risiko kesehatan. Air rob membawa material dari laut yang dapat mengotori lingkungan. Jika genangan bertahan lama, potensi penyakit seperti kulit dan diare bisa meningkat, terutama pada balita dan lansia.
Upaya Pemantauan dan Penanganan
BPBD DKI Jakarta melakukan pemantauan berkala terhadap area yang terdampak. Petugas di lapangan juga sudah disiagakan untuk memastikan keselamatan warga serta memberikan bantuan jika diperlukan. Koordinasi dilakukan bersama perangkat kelurahan, masyarakat pesisir, serta lembaga teknis lain seperti Dinas Sumber Daya Air.
Selain pemantauan, peringatan dini juga diberikan kepada masyarakat pesisir. Warga diimbau tetap waspada terhadap potensi kenaikan air yang terjadi secara mendadak dalam beberapa jam tertentu. Pintu-pintu air serta pompa di sejumlah titik terus beroperasi agar genangan dapat surut lebih cepat.
Masalah Struktural yang Belum Tuntas
Banjir rob bukan hanya kejadian insidental yang datang sesekali. Kondisi ini merefleksikan persoalan struktural yang cukup kompleks. Mulai dari penurunan muka tanah (land subsidence), kenaikan permukaan laut, hingga tata ruang pesisir yang belum sepenuhnya ideal.
Penurunan tanah di Jakarta Utara terjadi karena penggunaan air tanah yang masif serta pembangunan yang padat. Akibatnya, permukaan daratan semakin rendah dari waktu ke waktu. Ketika laut pasang, air semakin mudah menguasai wilayah pemukiman.
Sementara itu, perubahan iklim global ikut memperparah keadaan. Kenaikan muka air laut secara perlahan menjadikan banjir pesisir lebih sering terjadi. Jika tidak disertai upaya mitigasi, wilayah yang terdampak akan menjadi semakin luas.
Kebutuhan Solusi Jangka Panjang
Pemerintah sudah memiliki berbagai proyek pengendalian banjir pesisir. Salah satunya pembangunan tanggul laut dan peningkatan infrastruktur pelindung pantai. Namun, tantangan masih besar karena cakupan wilayah yang rentan cukup luas. Pemeliharaan dan meningkatkan kualitas tanggul harus dilakukan terus menerus.
Selain itu, edukasi masyarakat juga penting. Warga diharapkan dapat memahami pola pasang surut agar mampu menyiapkan langkah antisipasi lebih cepat. Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci untuk menghadapi bencana ini secara efektif.
Kesimpulan
Kejadian banjir rob yang menggenangi 23 RT dan dua ruas jalan di pesisir Jakarta mengingatkan bahwa ancaman bencana dari laut masih nyata. Fenomena alam seperti Supermoon dan purnama hanya menjadi pemicu. Akar persoalan berada pada kerentanan wilayah pesisir itu sendiri.
Selama faktor-faktor struktural belum tertangani, masyarakat pesisir harus tetap waspada. Peringatan dini, kesiapan sistem pompa, tata ruang yang lebih baik, serta kesadaran lingkungan dapat membantu mengurangi dampak rob berikutnya. Upaya bersama diperlukan agar kehidupan warga di pesisir Jakarta tetap aman, nyaman, dan jauh dari ancaman genangan yang datang berulang kali.

Cek Juga Artikel Dari Platform marihidupsehat.web.id
