beritabandar.com Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada akhir perdagangan kemarin. Penurunan sebesar 0,30% membawa IHSG ke level 8.092,63, setelah sempat bergerak di zona hijau pada sesi awal.
Meski koreksi terbilang ringan, aksi jual dari investor asing menekan pergerakan indeks. Data bursa menunjukkan bahwa investor asing mencatat net sell sebesar Rp1,20 triliun di pasar reguler dan Rp1,37 triliun di seluruh pasar. Kondisi ini memperlihatkan adanya rotasi portofolio ke saham-saham defensif menjelang akhir bulan perdagangan.
Saham Penopang dan Penekan IHSG
Beberapa saham masih menjadi penopang utama pergerakan indeks. Di antaranya adalah RISE, TLKM, dan BRPT, yang mencatat penguatan cukup stabil di tengah tekanan pasar. Kinerja positif emiten tersebut didorong oleh ekspektasi laba kuartal ketiga yang solid serta optimisme terhadap prospek sektor teknologi dan telekomunikasi.
Sebaliknya, saham-saham besar seperti DSSA, ASII, dan AMMN justru memberikan tekanan cukup signifikan. Saham DSSA melemah karena aksi ambil untung investor pasca penguatan beberapa hari sebelumnya, sementara ASII masih dibayangi kekhawatiran penurunan permintaan kendaraan bermotor.
Kinerja Sektoral: Properti Menguat, Industri Melemah
Secara sektoral, terdapat lima dari sebelas sektor yang mengalami pelemahan. Sektor industri menjadi penekan terbesar dengan penurunan paling dalam, diikuti sektor energi yang mulai terkoreksi akibat fluktuasi harga batu bara global.
Menariknya, sektor properti dan real estat justru mencatat penguatan tertinggi, mencapai +3,40%. Penguatan ini dipicu oleh peningkatan permintaan rumah tapak dan hunian vertikal, seiring program insentif pemerintah untuk pembelian rumah pertama.
Analis menilai rotasi sektor ini menunjukkan adanya peralihan dana dari saham-saham berbasis komoditas ke saham yang lebih defensif dan berorientasi domestik.
Evaluasi Indeks LQ45 dan Perubahan Komposisi
Bursa Efek Indonesia (BEI) baru saja merilis hasil evaluasi mayor untuk indeks LQ45, yang akan berlaku pada periode berikutnya. Dari hasil evaluasi tersebut, terdapat lima saham baru yang resmi masuk ke daftar LQ45, yaitu BUMI, DSSA, EMTK, HEAL, dan NCKL.
Masuknya BUMI ke dalam tiga indeks besar — LQ45, IDX80, dan Bisnis-27 — menjadi sorotan utama. Emiten ini mencatat kapitalisasi pasar Rp52 triliun dengan free float 29,19%, serta performa keuangan yang menunjukkan peningkatan stabilitas laba bersih.
Kehadiran BUMI di berbagai indeks utama dipandang sebagai sinyal positif terhadap fundamental perusahaan yang kini lebih solid dibanding beberapa tahun lalu.
Pergerakan Korporasi: DRMA Finalisasi Akuisisi
Dari sisi korporasi, kabar penting datang dari DRMA (Dharma Polimetal Tbk) yang sedang menyelesaikan proses akuisisi terhadap Mah Sing Indonesia (MSI), perusahaan manufaktur komponen plastik untuk kendaraan roda empat.
Rencana akuisisi ini mencakup pengambilalihan 82% saham MSI dari pemegang sebelumnya, yaitu Vital Routes Sdn. Bhd. dan Kingsanindo Perkasa Indah. Meski nilai transaksi tidak diungkapkan secara rinci, manajemen DRMA memastikan bahwa transaksi ini berada di bawah ambang batas material 20% dari nilai ekuitas perusahaan, sesuai ketentuan POJK No.17/POJK.04/2020.
Langkah akuisisi ini dinilai akan memperkuat posisi DRMA di industri komponen otomotif nasional, terutama dalam diversifikasi lini produksi kendaraan listrik dan suku cadang berbasis teknologi ramah lingkungan.
Rekomendasi Saham Hari Ini
Beberapa analis teknikal memberikan pandangan positif terhadap saham-saham yang memiliki prospek kenaikan jangka pendek.
- EMTK (Elang Mahkota Teknologi Tbk)
- Buy di kisaran: 1.165 – 1.180
- Target harga: 1.215 – 1.240
- Stop loss: 1.090
- DRMA (Dharma Polimetal Tbk)
- Buy di kisaran: 1.080 – 1.100
- Target harga: 1.125 – 1.145
- Stop loss: 1.030
Meski demikian, para analis mengingatkan bahwa volatilitas pasar masih cukup tinggi. Pergerakan indeks dapat berubah cepat tergantung data makroekonomi dan pergerakan bursa global.
Sentimen Pasar dan Prospek Jangka Pendek
Kondisi pasar saham Indonesia masih dibayangi ketidakpastian eksternal, termasuk fluktuasi nilai tukar rupiah dan harga komoditas. Namun, data ekonomi domestik yang stabil, seperti inflasi rendah dan konsumsi rumah tangga yang kuat, menjadi faktor penahan koreksi lebih dalam.
Analis memperkirakan IHSG masih berpotensi bergerak di rentang 8.050 – 8.180 dalam jangka pendek. Strategi buy on weakness dinilai masih relevan, terutama untuk saham-saham berkapitalisasi besar dengan fundamental kuat.
Investor disarankan tetap fokus pada saham dengan prospek jangka panjang dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Pasar yang lesu justru bisa menjadi kesempatan akumulasi bagi mereka yang sabar dan rasional.
Penutup
Kinerja IHSG yang melemah tipis mencerminkan fase konsolidasi pasar. Aktivitas jual investor asing menjadi salah satu faktor dominan yang menahan penguatan indeks. Namun, prospek jangka menengah masih positif, terutama dengan dukungan fundamental ekonomi yang kuat dan peningkatan aktivitas korporasi.
Perlu diingat, seluruh analisis dan rekomendasi dalam artikel ini bersifat informatif dan bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan investasi tetap berada di tangan masing-masing investor sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan pribadi.

Cek Juga Artikel Dari Platform outfit.web.id
