beritabandar – Rencana perdamaian yang digagas mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menuai perdebatan setelah dokumen berisi 20 poin kebijakan dipublikasikan. Rencana itu disebut-sebut sebagai upaya menyelesaikan konflik panjang antara Israel dan Palestina. Namun, tanggapan dari berbagai pihak, khususnya Hamas dan warga Palestina, menunjukkan adanya penolakan kuat. Mereka menilai dokumen tersebut masih berat sebelah dan tidak menyentuh akar masalah yang sesungguhnya.
- Hamas Tolak Rencana Trump Secara Tegas
Hamas menyatakan bahwa rencana 20 poin tersebut tidak lebih dari upaya melegitimasi pendudukan Israel di wilayah Palestina. Menurut pernyataan resmi, Hamas menilai isi dokumen hanya memberikan keuntungan sepihak bagi Israel, terutama dalam hal penguasaan wilayah dan pengaturan keamanan. Bagi Hamas, rencana ini gagal mengakui hak dasar rakyat Palestina, termasuk kedaulatan penuh atas tanah mereka. Oleh karena itu, penolakan keras langsung diumumkan sebagai bentuk konsistensi perjuangan. - Warga Palestina Nyatakan Kekecewaan
Tidak hanya Hamas, banyak warga Palestina juga mengungkapkan kekecewaan mendalam. Mereka menilai dokumen tersebut seakan mengabaikan penderitaan yang telah berlangsung puluhan tahun. Beberapa warga di Gaza dan Tepi Barat mengatakan, rencana itu tidak menyentuh isu pengungsi, hak kembali, serta status Yerusalem yang sangat krusial. Reaksi publik ini memperlihatkan jurang yang semakin lebar antara aspirasi rakyat Palestina dengan apa yang ditawarkan pihak luar. - Isi Pokok Rencana 20 Poin
Meski menuai kritik, rencana Trump tetap menarik perhatian karena berisi 20 poin yang dianggap menyeluruh, mulai dari aspek keamanan, pembangunan ekonomi, hingga pengelolaan wilayah. Beberapa poin di antaranya menekankan kerja sama ekonomi lintas batas, pembangunan infrastruktur, hingga pengakuan status politik tertentu. Namun, sebagian besar poin menegaskan dominasi kontrol Israel atas keamanan kawasan, yang justru dipandang sebagai bentuk pembatasan terhadap kebebasan Palestina. - Respons Internasional yang Terbelah
Tanggapan internasional terhadap rencana ini pun beragam. Sejumlah negara Barat menilai dokumen Trump bisa menjadi pintu masuk menuju negosiasi baru. Namun, negara-negara Timur Tengah, terutama yang mendukung perjuangan Palestina, menyebut rencana ini tidak realistis. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menyerukan agar rencana perdamaian harus melibatkan suara rakyat Palestina secara utuh, bukan hanya melalui elit politik. Perbedaan sikap ini memperlihatkan betapa kompleksnya konflik yang sudah berakar lama. - Harapan Rakyat Palestina untuk Solusi Nyata
Meski menolak rencana Trump, banyak warga Palestina tetap berharap adanya solusi nyata yang berpihak pada keadilan. Mereka menegaskan bahwa kunci perdamaian bukan pada proposal sepihak, melainkan pada pengakuan hak dasar bangsa Palestina untuk merdeka dan hidup berdampingan secara damai. Aspirasi ini mencerminkan keinginan sederhana: kebebasan bergerak, akses terhadap tanah air, dan kehidupan yang bermartabat tanpa penjajahan. Bagi mereka, setiap rencana perdamaian harus lahir dari dialog setara, bukan dominasi satu pihak.
Reaksi keras Hamas dan warga Palestina terhadap rencana 20 poin Donald Trump menegaskan bahwa solusi damai sejati tidak bisa lahir dari kebijakan yang berat sebelah. Selama isu inti seperti kedaulatan, Yerusalem, dan hak pengungsi tidak disentuh, setiap proposal perdamaian akan selalu menemui jalan buntu.

